Metode Pembelajaran Terpadu Dapat Melahirkan Peserta didik Bermutu

1. Pengertian

Istilah Pembelajaran Terpadu berasal dari kata “ integrated teaching and learning” atau “ integrated curriculum approach ”. Konsep ini telah lama dikemukakan oleh John Dewey sebagai usaha untuk mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa dan kemampuan pengetahuannya ( Beans, 1993).
Pada perspektif bahasa, pembelajaran terpadu sering diartikan sebagai pendekatan tematik ( thematic approach ). Pembelajaran terpadu didefinisikan sebagai proses dan strategi yang mengintegrasikan isi bahasa (membaca, menulis, berbicara dan mendengar) dan mengkaitkannya dengan mata pelajaran lain. Konsep ini mengintegrasikan bahasa (language arts content) sebagai pusat pembelajaran yang dihubungkan dengan berbagai tema atau topik pembelajaran.
Pembelajaran terpadu juga sering disebut pembelajaran koheren ( a coherent curriculum approach ) yang memandang bahwa pembelajaran terpadu merupakan pendekatan untuk mengembangkan program pembelajaran yang menyatukan dan menghubungkan berbagai program pendidikan. Keterhubungan dalam kurikulum bukan hanya antara mata pelajaran dan kebutuhan serta minat dan bakat anak, tetapi juga menghubungkan antara tujuan dan kegiatan, serta kondisi masyarakat pada umumnya.
Definisi lain tentang pembelajaran terpadu adalah pendekatan holistik ( a holitic approach ) yang mengkombinasikan aspek efistemologi, sosial, psikologi dan pendekatan paedagogi untuk pendidikan anak, yaitu menghubungkan antara otak dan otot, antara individu dan individu, antara individu dan komunitas, dan antara domain-domain pengetahuan. (Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D, 2006 ).
Menurut para pakar pendidikan pembelajaran terpadu sangat tepat diterapkan pada sekolah dasar, karena pada jenjang pendidikan dasar siswa memahami dan menghayati pengalamannya masih secara totalitas serta masih sulit menghadapi pemilahan dan pemisahan yang artificial. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari asfek proses atau waktu, aspek bahan ajar dan asfek kegiatan belajar mengajar.

2. Model-Model Pembelajaran Terpadu
Model Pembelajaran Terpadu pada dasarnya merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individu maupun secara kolektif, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsif-prinsif keilmuan secara holistic, bermakna dan otentik .
Dilihat dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematiknya, menurut seorang pakar pendidikan yang bernama Robin Fogarty (1991) ada sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu yaitu : (1) Model Fragmented (2) Model Connected (3) Model Nested (4) Model Sequenced (5) Model Shared (6) Model Webbed (7) Model Threaded (8) Model Integrated (9) Model Immersed dan (10) Model Networked. Secara ringkas kesepuluh model tersebut akan penulis jelaskan.
1) Model Fragmented adalah model pembelajaran tradisional yang memilah dan memisahkan disiplin ilmu atas beberapa mata pelajaran tanpa memadukan atau mengaitkan satu sama lain.
2) Model Connected (keterhubungan) dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajarannya secara terpadu.
3) Model Nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran dengan mengembangkan daya imajinasi dan berpikir logis untuk menunjukkan bentuk kemampuan keterampilan tertentu.
4) Model Sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antar mata pelajaran yang berbeda secara paralel dengan cara mengajarkan materi pelajaran yang memiliki kesamaan materi dan keterkaitan antar keduanya.
5) Model Shared merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya overlapping konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih sehingga menuntun siswa untuk membuka wawasan dan cara berpikir yang luas dan mendalam melalui pemahaman terhadap konsep secara lintas disiplin ilmu.
6) Model Webbed (jaring laba-laba) bertolak dari pendekatan tematik sebagi pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran yang memiliki keterkaitan materi yang secara metodologis dapat dipadukan dengan memilih dan memilak tema / pokok bahasan yang kemudian tema utama tersebut disebarkan ke dalam berbagai mata pelajaran.
7) Model Threaded (bergalur) merupakan pendekatan pembelajaran yang ditempuh dengan cara mengembangkan gagasan pokok yang merupakan benang merah (galur) yang berasal dari konsep yang terdapat dalam berbagai disiplin ilmu.
8) Model Integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu sehingga perlu adanya pengintegrasian multi disiplin yang dapat ditinjau dari berbagai disiplin ilmu dalam pemecahan masalah melalui satu tema sentral.
9) Model Immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya melalui pengintegrasian semua data dari setiap mata pelajaran dengan mengaitkan ide-ide melalui minatnya.
10) Model Networked merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengendalikan kemungkinan pengubahan konsep, bentuk pemecahan masalah, maupun bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi dan konteks yang berbeda-beda.
Dari kesepuluh macam model pembelajaran terpadu di atas yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar disesuaikan dengan kemampuan guru di Indonesia mungkin hanya model pembelajaran webbed (jaring laba-laba) dan model connected (keterhubungan).

3. Pembelajaran Terpadu yang dapat  melahirkan pelajar bermutu.
Setelah penulis mencoba memaparkan secara ringkas berbagai model pembelajaran terpadu. Pada bagian ini penulis mencoba mengemukakan satu model pembelajaran terpadu yang dapat melahirkan pelajar bermutu.
Bila mencermati kegiatan belajar mengajar di sekolah dewasa ini, entah model pembelajaran terpadu yang mana yang telah diterapkan. Mungkin di beberapa sekolah sudah banyak menggunakan beberapa model pembelajaran terpadu di atas.
Namun bila diperhatikan dari keterpaduan antara isi atau materi pelajaran. Umumnya proses belajar mengajar di sekolah-sekolah belum banyak bahkan mungkin tidak ada yang memadukan dan mengkaitkan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lainnya. Terutama antara mata pelajaran agama dan mata pelajaran umum masih terasa ada dikotomi. Karena secara tidak sadar pendidikan di negara kita masih dipengaruhi oleh faham sekulerisme yang memisahkan antara nilai-nilai ajaran agama dengan pelajaran umum.
Walaupun bila memperhatikan rumusan isi Tujuan Pendidikan Nasional sudah dapat dikatakan ideal bahkan mendekati sempurna. Untuk lebih jelasnya mari kita telaah isi Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada Bab II Pasal 3 tujuan pendidikan nasional adalah : “ untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Dalam implementasinya isi Tujuan Pendidikan Nasional belum diterapkan secara terpadu antara nilai-nilai ajaran agama dengan pengetahuan umum. Pelajaran agama tidak dipadukan dengan pengetahuan umum, dan sebaliknya pengetahuan umum hampa dan kering dengan sentuhan ajaran agama. Dampak atau hasil pendidikan melahirkan pelajar yang benar tapi tak pintar atau pelajar yang pintar tapi tak benar. Atau istilah lain pendidikan membentuk manusia yang beriman tapi kurang ilmu, atau manusia yang berilmu tapi tak beriman.
Pembelajaran Terpadu yang ideal menurut konsep ajaran Islam yang bersumber dari Al Qur’an adalah pembelajaran yang memadukan dan menyatukan antara nilai-nilai keimanan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Istilah populernya keseimbangan antara IMTAK dan IPTEK. Istilah ini konsepnya telah lama kita dengar tapi konteksnya masih jarang kita lihat.
Allah swt berfirman dalam Q.S. Al Mujadilah : 11 “….niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Berdasarkan ayat di atas dengan tegas Allah menjanjikan kepada seseorang akan diangkat derajatnya, kehormatannya atau kemuliaannya bila orang tersebut memiliki iman yang kuat dan ilmu pengetahuan yang hebat. Bahkan menurut ayat di atas nilai keimanan merupakan prioritas utama sebelum ilmu pengetahuan.
Bila kita perhatikan secara seksama bangsa Indonesia dewasa ini belum diperhitungkan oleh negara-negara lain di dunia, karena ketinggalan jauh di berbagai sektor oleh negara-negara lain. Hal ini menunjukkan kualitas pendidikan Indonesia belum bermutu. Salah satu faktor penyebabnya karena proses pembelajaran belum memadukan antara nilai-nilai keimanan dan ilmu pengetahuan. Disamping itu pembelajaran di Indonesia umumnya belum memadukan antara asfek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Penyampaian materi pelajaran di sekolah lebih bersifat transfer of knowlegde ( menyampaikan pengetahuan teoritis) belum terpadu secara integral dengan transfer of value dan transfer of skill ( menanamkan nilai dan melatih keterampilan). Sehingga proses pembelajaran menghasilkan manusia yang tahu tapi tidak mau dan tidak mampu.
Contoh sederhana yang teorinya mudah dan melaksanakannya gampang. Di dalam materi pelajaran agama yang pertama disampaikan kepada anak didik adalah tentang kebersihan (thaharah), baik kebersihan badan, pakaian maupun lingkungan. Anak didik diberi tahu bahwa Allah sangat mencintai orang yang bertobat (mensucikan diri dari dosa) dan orang selalu menjaga kebersihan / kesehatan.  Bagaimana realitanya ? Memelihara kebersihan belum membudaya dilingkungan masyarakat Indonesia. Tangan masyarakat Indonesia umumnya belum repleks memungut sampai yang berserakan, tetapi sebaliknya dengan spontan sering membuang sampah sembarangan tanpa merasa bersalah apalagi merasa berdosa. Dampaknya dapat  kita lihat dan rasakan sendiri, sampah yang dibuang sembarangan telah menimbulkan berbagai musibah, dikala musim hujan tiba banjir melanda, air tercemar, wabah penyakit berjangkit.
Bandingkan dengan kondisi kebersihan lingkungan di beberapa negara maju, misalnya  di Singapura, Jepang, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat. Kebersihan dan sanitasi lingkungan telah terjaga dengan baik. Begitu juga mereka telah mampu membuat alat-alat dan bahan-bahan sarana untuk memelihara dan menjaga kebersihan, baik kebersihan badan, pakaian, perabot rumah tangga maupun alat pemelihara kebersihan lingkungan yang dapat digunakan dengan efektif, efesien, praktis dan ekonomis.
Contoh lain yang menunjukkan bahwa proses pembelajaran di Indonesia belum terpadu dan terintegrasi antara kecerdasan Intelektual, kecerdasan Emosional dan kecardasan Spiritual.( antara keimanan dan ilmu pengetahuan). Ajaran agama Islam mengajarkan bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Segala sikap dan perilaku baik yang tersembunyi di dalam hati dan tidak terlihat oleh orang lain maupun yang terang-terangan terlihat mata, Allah pasti melihat dan mengetahuinya.  Ternyata pelajaran agama juga hanya memberi pengetahuan kurang menanamkan keyakinan dalam hati kepada anak didik. Buktinya, bukankah di negara kita terkenal di setiap kantor banyak koruptor ? Di setiap instansi terjadi korupsi ? Para pedagang banyak yang curang ? Para pencuri selaku beraksi setiap hari ? Para penipu menunggu setiap waktu ?. Hal ini mengindikasikan bahwa para koruptor, pencuri, penipu dan pedagang curang tidak menyakini bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Mereka pandai mengelabui dan mengibuli orang lain tapi meraka tidak sadar bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui apa yang mereka lakukan.
Para pembaca silahkan dapat mencari sendiri bukti-bukti bahwa pembelajaran di Indonesia dewasa ini umumnya belum memadukan dan mengintegrasikan antara nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan ilmu pengetahuan. Akibat belum terpadunya keimanan dan ilmu pengetahuan dalam proses pembelajaran maka melahirkan manusia pintar tapi tak benar, manusia yang banyak tahu secara teoritis tetapi sedikit yang mau dan mampu melakukannya dalam kegiatan  praktis.
Kondisi ini mudah-mudahan menyadarkan semua pihak terutama para praktisi pendidikan. Mulailah saat ini dalam proses pembelajaran menerapkan konsep pembelajaran terpadu agar melahirkan generasi bermutu. Kolaborasikanlah nilai-nilai keimanan dengan ilmu pengetahuan agar tercapai kemajuan. Renungkanlah pendapat seorang genius Albert Eistien bahwa “Religion without science is blind, science without religion is lame.”
Agama tanpa ilmu pengetahuan lumpuh, ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta. Ungkapan ini penulis tambah “ Tanpa agama(iman) dan tanpa ilmu pengetahuan adalah lumpuh dan buta.” Bayangkan kondisi orang yang hidupnya lumpuh dan buta, pasti menderita tidak berdaya. Bila kondisi ini terjadi di dalam masyarakat suatu negara, maka kehidupan masyarakat negara itu akan menderita dan tidak berdaya, bisa diperdaya oleh negara-negara adi daya.
Percayalah bila pendidikan tidak mampu menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada peserta didik, bagaimanapun kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi mampu dikuasai anak negeri, negeri ini pasti akan mengalami rugi, negara ini yakin  tidak akan berjaya. Tanpa iman dan takwa masyarakat sejahtera tidak mungkin nyata, hanya mengandalkan ketinggian ilmu dan teknologi tanpa akhlak mulia negara kita mustahil jaya.
Terakhir, marilah kita sadari bersama bahwa kejahatan yang dilakukan orang pintar tapi tidak beriman dapat mencelakan banyak orang, bisa menyengsarakan masyarakat satu negara. Penipuan yang dilakukan orang pintar tapi tidak beriman bisa dalam waktu singkat merugikan orang  dengan nilai puluhan juta bahkan milyaran rupiah. Pencurian yang dilakukan orang pintar tidak beriman bisa menggunduli hutan jutaan hektar. Korupsi yang dilakukan oleh orang pintar tidak beriman bisa membobol uang di bank triliyunan rupiah. Marilah kita eliminasi kejadian tersebut di atas dengan cara mencetak generasi bermutu melalui pembelajaran terpadu antara iman, takwa dan ilmu teknologi. Semoga kita bisa.
Sumber: dari berbagai sumber

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Istimewa ku magang calon guru di sekolah Alfalah jakarta timur

Storytelling & Games dalam mengajarkan bahasa inggris untuk anak usia dini

SIRI TAZKIRAH: LA TAHZAN / JANGAN BERSEDIH